Perasaan ganjil dan
tak tenang tengah menguasai pikiran , seolah terbagi menjadi dua bagian yang
sama-sama berusaha menjauh. Berjarak. Banyak pertanyaan yang timbul dalam
diri. Tak seharusnya melakukan ini. saya telah banyak belajar dari pengalaman
lalu tapi satu pikiran datang kerap kali menggoda untuk mengulang. Mengulang
hal yang tak seharusnya dilakukan. Lagi.
Pikiran satu berkata ,memang ini sudah jalannya, pikiran lain , seharusnya kau
bisa mengendalikan dirimu, tegas.
Oktober, malam
sedikit mendung , saya berpakaian lebih rapi dari hari biasanya. Memakai kemeja
lengan panjang, bukan kaos berkerah. Saya memasuki ruangan sendirian, melihat
sekeliling terlihat panggung kecil beserta peralatan band dengan warna hijau
dominan. Hijau . ya, warna kesukaanmu.
Aku
mendapatimu tengah mengobrol bersama teman-teman geng mu, yang selalu tertawa
mengikik saat aku mendekatimu. dengan dress mu dipadukan dengan sepatu dan
pernik lainnya. Kau tampak cantik. Selalu. Aku gugup melihatmu sesaat kau
tersenyum manis saat mendapati kehadiranku. Satu teman mengisyaratkan teman
lainnya untuk melihatku, lalu mereka tersenyum.
Aku
hanya banyak diam saat acara berlangsung, Jelas aku minoritas disini. hanya
sesekali mengobrol dengan orang disebelah. Yang sibuk menjelaskan keadaan sekolah
mereka yang katanya lebih baik dari sekolah lain yang ada dikota ini. Sungguh
aku tak peduli , aku terlalu sibuk memperhatikanmu yang tengah berkumpul
bersama keluargamu. Kau menoleh ke arahku dan meminta untuk aku tunggu .
Kau
menghampiriku setelah acara selesai , kini ruangan itu telah sepi, hanya ada
beberapa orang yang sedang membereskan kursi dan meja. Lalu pergi. Aku memandangi hiasan hijau yang berkeliling
menghiasi ruangan. Dan huruf –huruf cina yang mungkin berartikan ucapan selamat
ulang tahun dan doa doa kesejahteraan.
Entahlah
“Kau
lihat apa,to ?,” tanyamu, luwes.
“
Oo. Tidak, aku hanya berpikir acara ulang tahunmu malam ini, meriah.
“Selamat
ulang tahun, ,” mulutku berucap pendek, sambil menyerahkan kotak kado kecil.
Yang sedari tadi aku simpan disaku kemejaku. Matanya membesar terkejut dan Wajahnya sumringah saat menerima kado
dariku.
“Tak
seberapa, tapi aku yakin bermanfaat” tegasku sambil tersenyum. Dan kau diam,
hanya tersenyum. Mata kita bertemu, ada gejolak aneh dalam perutku, tak bisa
dijelaskan.
“Aku
kira kau tak akan pernah datang” katamu pelan,,
Kali
ini aku yang diam, hanya menatap tajam matamu, lalu berucap perlahan,
“ aku disini,
untukmu “
Entah siapa yang duluan wajah kita berdekatan,
sangat dekat. Sampai aku bisa melihat bintik bintik kecil di pipimu. dan garis-garis
merah bibirmu.
Lama..
mengalir.. lembut..
“Aku
pulang,” sambil menutup kaca helm.
“Hati-
hati,’’ ucapmu, melambaikan tangan bersama senyum yang mengembang.
Terlihat
ujung langit yang sedari tadi mendung berubah berkilau penuh bintang yang
bersembulan dari carikan awan kelabu. Malam ini indah, sungguh indah.
“Sebelum kita sadar, sama-sama
sadar,, bahwa hubungan..Ini takkan mungkin..”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar