Minggu, 31 Maret 2013

cinta dan sekotak permen cokelat



love is so short. forgetting is so long





Cerita dan mimpi adalah bunga tidur. Saya tak tahu siapa yang mendefinisikan seperti itu tapi begitulah adanya , kita hanya mengalir mengikuti paham dan pemikiran yang absurd kadang kadang. Entahlah.
Dulu sekali, saat masih kecil, saya pernah membaca komik, yang menceritakan, seseorang dapat berpijak di bulan,ia  bermimpi ternyata bulan adalah segumpalan coklat megasuper besarnya. Disana cokelat bisa dimakan oleh siapa saja kapanpun, cokelat disana diberikan oleh perempuan cantik bergigi rapi,putih, yang saya rasa mungkin iya tak pernah memakan cokelat disana. Tapi itu semua mimpi didalam cerita, tak semuanya pernah terjadi.
Kemarin saya teringat  akan memori satu waktu pernah diminta seorang teman menemaninya mencari novel kesukaannya. serial cinta, di toko buku didaerah jln, kol. Atmo . saya sempat terheran mengapa perempuan sangat menyukai serial drama cinta . ya drama. Terlalu suka  memainkan perasaan daripada logika. Tiga perempat sifat perempuan,hampir pasti itu. Entahlah.
Setelah mendapatkan novelnya, dia menarik saya ke minimarket tak jauh dari toko buku tersebut.  Dia menyambar sesuatu sesaat sebelum saya membayar di kasir. Kecepatan tangan si kasir tidak memberikan kesempatan pada saya untuk melihat dulu, bahkan menyetujui apa yang dia ambil.
Baru setelah sampai di rumahnya saya mengetahui bahwa dia membeli sekotak permen cokelat . Tapi kemasan  ini lebih kecil dari yang biasa saya lihat. Ketika saya buka isinya, menghamburlah warna-warni cokelat yang khas, tapi kali ini dengan ukuran mini. Tidak ada catatan khusus. dalam hati ketika melihat permen itu, cuma komentar pendek “lucu yaa, ada ukuran sekecil ini” sambil mengunyah beberapa. Saat saya mengunyah permen cokelat warna-warni, saya ingat akan cerita yang pernah saya baca tersebut. Dan melamunkan perempuan cantik bergigi putih dalam cerita itu..

“Enak  ... cokelatnya beda ya to ? “


“Biasa saja.. rasa coklat selalu sama kan”.. aku jawab sekenanya saat itu. Berbarengan dengan buyarnya lamunan.

Rasa cokelat beda lho.. persepsi kita kan beda.. dito biasakan sensitif sedikit. Persepsi membedakan rasa. Iya kan ?”


Saat itu aku hanya diam. benar. Ya benar sekali. juga dalam cinta , Kita yang kecewa barangkali bukan karena cinta telah diduakan. Cinta tak bertuan. Kitalah abdi-abdi cinta, mengalir dalam arusnya. Persepsi kitalah yang telah diduakan. Lalu kita merasa sakit, kita merasa dikhianati. Namun tengoklah apa yang sungguh-sungguh kita pegang selama ini. Perlukah kita ikut berteriak jika yang kita punya hanyalah selebarannya saja, bukan barangnya? Barangkali ini momen tepat untuk mengevaluasi aneka selebaran yang telah kita kumpulkan dan kita percayai mati-matian. Betapa seringnya kita hanyut dalam kecewa, padahal persepsi kitalah yang dikecewakan. Betapa seringnya kita menyalahkan pihak lain, padahal ketakberdayaan kita sendirilah yang ingin kita salahkan. 

Apapun persepsi kita atas cinta, tak ada salahnya bersiap untuk senantiasa berubah. Jika hidup ini cair maka wadah hanyalah cara kita untuk memahami yang tak terpahami. Banyak cara untuk mewadahi air, mencoba merangkul, tapi wadah bukan segalanya. Pelajaran yang dikandungnyalah yang tak berbatas dan selamanya tak bertuan, yang satu saat menghanyutkan dan melumerkan selebaran yang kita puja. Siap tak siap, rela tak rela...

2 komentar:

  1. hhm, mulai mengerti. sebenarnya tak terlalu rumit, kalau saja semuanya berjalan apa adanya. tapi itu tak mungkin

    BalasHapus
  2. niatnya cari tentang nugget ikan, malah nemu pelajaran hidup :)

    BalasHapus