love is so short. forgetting is so long
Cerita
dan mimpi adalah bunga tidur. Saya tak tahu siapa yang mendefinisikan seperti
itu tapi begitulah adanya , kita hanya mengalir mengikuti paham dan pemikiran
yang absurd kadang kadang. Entahlah.
Dulu
sekali, saat masih kecil, saya pernah membaca komik, yang menceritakan,
seseorang dapat berpijak di bulan,ia
bermimpi ternyata bulan adalah segumpalan coklat megasuper besarnya. Disana
cokelat bisa dimakan oleh siapa saja kapanpun, cokelat disana diberikan oleh
perempuan cantik bergigi rapi,putih, yang saya rasa mungkin iya tak pernah
memakan cokelat disana. Tapi itu semua mimpi didalam cerita, tak semuanya
pernah terjadi.
Kemarin
saya teringat akan memori satu waktu
pernah diminta seorang teman menemaninya mencari novel kesukaannya. serial
cinta, di toko buku didaerah jln, kol. Atmo . saya sempat terheran mengapa
perempuan sangat menyukai serial drama cinta . ya drama. Terlalu suka memainkan perasaan daripada logika. Tiga
perempat sifat perempuan,hampir pasti itu. Entahlah.
Setelah
mendapatkan novelnya, dia menarik saya ke minimarket tak jauh dari toko buku
tersebut. Dia menyambar sesuatu sesaat
sebelum saya membayar di kasir. Kecepatan tangan si kasir tidak memberikan
kesempatan pada saya untuk melihat dulu, bahkan menyetujui apa yang dia ambil.
Baru
setelah sampai di rumahnya saya mengetahui bahwa dia membeli sekotak permen
cokelat . Tapi kemasan ini lebih kecil
dari yang biasa saya lihat. Ketika saya buka isinya, menghamburlah warna-warni
cokelat yang khas, tapi kali ini dengan ukuran mini. Tidak ada catatan khusus. dalam
hati ketika melihat permen itu, cuma komentar pendek “lucu yaa, ada ukuran
sekecil ini” sambil mengunyah beberapa. Saat saya
mengunyah permen cokelat warna-warni, saya ingat akan cerita yang pernah saya
baca tersebut. Dan melamunkan perempuan cantik bergigi putih dalam cerita itu..
“Enak ... cokelatnya beda ya to ? “
“Biasa saja.. rasa
coklat selalu sama kan”.. aku jawab sekenanya saat itu. Berbarengan dengan
buyarnya lamunan.
“Rasa cokelat beda
lho.. persepsi kita kan beda.. dito biasakan sensitif sedikit. Persepsi
membedakan rasa. Iya kan ?”
Saat
itu aku hanya diam. benar. Ya benar sekali. juga dalam cinta , Kita yang kecewa barangkali bukan karena cinta telah diduakan.
Cinta tak bertuan. Kitalah abdi-abdi cinta, mengalir dalam arusnya. Persepsi
kitalah yang telah diduakan. Lalu kita merasa sakit, kita merasa dikhianati.
Namun tengoklah apa yang sungguh-sungguh kita pegang selama ini. Perlukah kita
ikut berteriak jika yang kita punya hanyalah selebarannya saja, bukan
barangnya? Barangkali ini momen tepat untuk mengevaluasi aneka selebaran yang
telah kita kumpulkan dan kita percayai mati-matian. Betapa seringnya kita
hanyut dalam kecewa, padahal persepsi kitalah yang dikecewakan. Betapa
seringnya kita menyalahkan pihak lain, padahal ketakberdayaan kita sendirilah yang ingin kita salahkan.
Apapun persepsi kita atas cinta, tak ada salahnya bersiap
untuk senantiasa berubah. Jika hidup ini cair maka wadah hanyalah cara kita
untuk memahami yang tak terpahami. Banyak cara untuk mewadahi air, mencoba
merangkul, tapi wadah bukan segalanya. Pelajaran yang dikandungnyalah yang tak
berbatas dan selamanya tak bertuan, yang satu saat menghanyutkan dan melumerkan
selebaran yang kita puja. Siap tak siap, rela tak rela...
hhm, mulai mengerti. sebenarnya tak terlalu rumit, kalau saja semuanya berjalan apa adanya. tapi itu tak mungkin
BalasHapusniatnya cari tentang nugget ikan, malah nemu pelajaran hidup :)
BalasHapus